Selasa, 23 November 2010

Menjadikan Angklung Sebagai Warisan

Beberapa minggu yang lalu, angin segar menghinggapi Indonesia. United Nations Educations, Scientific, and Cultural Organisation (UNESCO), menetapkan angklung sebagai salah satu Warisan Budaya tak Benda Manusia Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) di Nairobi, Kenya. Hal ini disambut baik Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, serta masyarakat Indonesia pada umunya.
Angklung menambah daftar warisan budaya tak benda Indonesia lainnya setelah batik, keris dan wayang orang. UNESCO menilai angklung telah memenuhi semua kriteria diantaranya mengandung nilai dasar kerjasama, saling menhormati dan mengandung unsure keharmonisan social
Apa itu angklung ?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), angklung adalah alat music tradisional yang terbuat dari tabung bambu. Angklung dimainkan dengan cara digoyangkan yang menhasilkan seperti suara pukulan dari bambu, hal ini akan jelas terdengar apabila dimainkan oleh satu orang. Pada zaman dahulu, angklung digunakan sebagai pelengkap ritual keagamaan. Ini terlihat dari adanya angklung buhun di masyarakat baduy dalam. Angklun biasanya dimainkan oleh 10-12 orang, bisa juga lebih, ini untuk menambah harmonisasi agar terkesan lebih halus dan lembut.

Kesuksesan Saung Angklung Udjo
Terletak di daerah Padasuka, Bandung, Saung Angklung Udjo (SAU) menjadi motor penggerak pelestarian alat music tradisional ini. Dahulu, saung ini hanya ruangan dengan luas 3x3 meter. Namun kini, dengan satu ruang pertunjukan yang bisa menampung seribuan orang, membuat SAU menjadi tempat pertunjukan Angklung terbesar di Indonesia. Dengan dua kali pertunjukan setiap hari dan menampilkan anak-anak di sekitar Padasuka sebagai senimannya. Ini sangat penting, mengingat nilai-nilai budaya pada anak generasi sekarang telah tergerus dan terlalu dimanjakan oleh televisi. Pengunjungnya bukan hanya orang sekitar Bandung, tapi ketenarannya telah mencapai ke berbagai Negara yang ingin lebih kenal dengan budaya Indonesia, angklung khususnya.
Konfrontasi dengan Malaysia
Ditetapkannya angklung sebagai warisan budaya tak benda, membuat geram Malaysia. Hal tersebut karena Malaysia pun memiliki angklung dengan nama angklung Malaysia. Hal ini sama seperti batik yang  juga pernah diprotes Malaysia. Kelemahan Indonesia sendiri adalah masalah pelestarian. Tidak heran, Mand Udjo (Alm.) pernah berkata, “Mungkin bangsa yang dihargai (dunia) adalah yang memelihara budaya, bukan yang menciptakannya". Oleh karena itu, sudah saatnya kita bergerak bukan hanya memperkenalkan angklung kepada dunia, tapi kita harus turut melestarikan budaya negeri kita ini. Hidup angklung, hidup Indonesia. (Frasetya Vady Aditya)

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar